PERNIKAHAN usia dini di
bawah 15 tahun, menyimpan risiko cukup tinggi bagi
kesehatan perempuan, terutama pada saat hamil dan melahirkan. Dokter spesialis
kebidanan dan kandungan dari Rumah Sakit Balikpapan Husada (RSBH) dr Ahmad
Yasa, SpOG mengatakan, perempuan yang menikah di usia dini memiliki banyak
risiko,
sekalipun ia sudah mengalami menstruasi atau haid.
“Ada dua dampak medis
yang ditimbulkan oleh pernikahan usia dini ini, yakni dampak
pada kandungan dan
kebidanannya,” ujarnya.
Disebutkan, penyakit
kandungan yang banyak diderita wanita yang menikah usia dini,
antara lain infeksi pada kandungan dan kanker mulut rahim. Kenapa kedua
penyakit ini
paling berisiko diderita wanita yang menikah di usia dini? Secara medis, lelaki
yang
akrab dipanggil Yasa ini menjelaskan, menikah di usia tersebut dapat mengubah
sel
normal (sel yang biasa tumbuh pada anak-anak) menjadi sel ganas yang akhirnya
dapat
menyebabkan infeksi kandungan dan kanker.
Hal ini dikarenakan,
adanya masa peralihan sel anak-anak ke sel dewasa. Padahal,
pertumbuhan sel yang tumbuh pada anak-anak berakhir pada usia 19 tahun.
“Berdasarkan
beberapa penelitian yang pernah dilakukan, rata-rata penderita infeksi
kandungan dan
kanker mulut rahim adalah wanita yang menikah di usia dini alias di bawah usia
19 atau
16 tahun,” paparnya.
Untuk risiko kebidanan,
dia menjelaskan, hamil di bawah usia 19 tahun, bisa berisiko
pada kematian, selain kehamilan di usia 35 tahun ke atas. Risiko lain,
lanjutnya, hamil di
usia muda juga rentan terjadinya pendarahan, keguguran, hamil anggur dan hamil
prematur di masa kehamilan.
“Risiko meninggal dunia
akibat keracunan kehamilan juga banyak terjadi pada wanitayang melahirkan di
usia dini. Salah satunya penyebab keracunan kehamilan ini adalahtekanan darah
tinggi atau hipertensi,” ujarnya.
Dikatakan Yasa, anatomi tubuh wanita yang
berusia di bawah 16 atau 19 tahun masih
dalam pertumbuhan, termasuk juga pinggul dan rahimnya. Jadi kalau hamil dan
melahirkan akan berisiko lahir susah hingga kematian.
Sementara Irwansyah
Dani, dokter umum sekaligus konsultan kecantikan dan kesehatan
wanita di Samarinda menjelaskan, usia di bawah 15 tahun masuk dalam tahap
pertumbuhan. Termasuk pada perut dan rahim anak perempuan. “Sehingga jika di
usia
muda itu hamil dan melahirkan, risiko kematiannya sangat besar. Sebab, tubuhnya
tidak
akan kuat menahan sakit,” sebutnya.
Risiko lain katanya,
dari sisi psikologis. Secara mental atau emosional, anak seusia itu
masih ingin menikmati kebebasan. Entah itu bersekolah, bermain, atau melakukan
hal-hal
lain yang biasa dilakukan oleh anak-anak atau remaja pada umumnya.
"Dengan demikian,
dilihat dari segi apapun, anak banyak dirugikan. Maka itu, orangtua
wajib berpikir masak-masak jika ingin menikahkan anaknya yang masih di bawah umur,"
ujarnya.
Dia bahkan mengatakan,
pernikahan dini bisa dikategorikan kekerasan psikis dan seks. Sianak akan
mengalami trauma ketika melakukan hubungan seks pertama kali. “Itu
karenaemosinya yang masih labil,” tutur Irwan.
Ia juga menambahkan,
masih tingginya kasus kematian ibu dan anak di Indonesia
sebaiknya menjadi perhatian para orangtua. Jika belum siap secara fisik maupun
mental
untuk menikah tambahnya, sebaiknya jangan dulu menikah.
"Lebih baik menikah
saat usia sudah benar-benar matang, fisik dan mental sudah siap.Kalau nikah di
usia anak-anak atau remaja, banyak risiko dan efek jangka panjangnyayang sangat
tidak baik bagi anak itu sendiri," pungkasnya.
Bagaimana pengalaman
mereka yang menikah di usia dini? Anayanti, warga Jl. DI.
Pandjaitan Samarinda, menikah saat berusia 14 tahun. Dia mengakui saat
melahirkan, ia
harus berjuang mati-matian.
“Waktu hamil muda,
dokter sudah mengingatkan, kandungan saya tak kuat. Bahkan bisa
melahirkan bayi prematur. Dokter juga bilang, pada waktu melahirkan nanti, rasanya
sakit sekali. Ternyata benar. Bisa dibilang, air mata saya kering karena
menahan sakit
sewaktu melahirkan. Tapi untungnya saya dan bayi saya selamat. Padahal, dokter
sempat
bilang pada suami saya nadi saya lemah sekali,” katanya.
H. Kesimpulan
Sungguh melihat dari
manfaat dan keampuhan nikah dini dalam menanggulangi dampakglobalisasi maka
marilah kiat membuka mata kita untuk melihat nikah dini dengan lebihpositif.
Menjaga para remaja agar tidak tenggelam dalam
keburukan adalah suatu hal yang tidak
bisa kita tunda, maka membudayakan nikah dini adalah salah satu altelnatifnya.
Akan
tetapi tetap perlu adanya bimbingan orang tua agar efek buruknya dapat
diminialisir
0 comments:
Post a Comment