A.
Pengertian Anggaran Bahan Baku
Anggaran Bahan Baku adalah semua
budget yang berhubungan dan merencanakan secara sistematis serta lebih
terperinci tentang menggunakan bahan mentah untuk proses produksi selama
periode tertentu yang akan datang.
Anggaran ini dibuat dengan tujuan:
1. Memperkirakan jumlah kebutuhan bahan
baku langsung
2. Memperkirakan jumlah pmbelian bahan baku
langsung yang diperlukan
3. Sebagai dasar memperkirakan kebutuhan
dana yang dibutuhan untuk melaksanakan pembelian bahan langsung
4. Sebagai penentuan dasar pokok produksi
yakni memperkirakan komponen harga pokok pabrik karena penggunan bahan baku
langsung dalam proses pokok produksi
5. Sebagai dasar melaksanakan fungsi
pengendalian bahan baku langsung.
B.
Proses penyusunan anggaran
Adapun
Proses kegiatan yang dilakukan dalam penyusunan anggaran antara lain :
1. Pengumpulan data dan informasi yang
diperlukan
2. Pengolahan dan penganalisaan data dan
informasi untuk mengadakan taksiran-taksiran.
3. Menyusun budget serta menyajikannya
secara terratur dan sistematik.
4. pengkoordinasian pelaksanaan budget.
5. pengumpulan data dan informasi sebagai
pelaksanaan dari fungsi anggaran yaitu pengawasan kerja.
6. pengolahan dan penganalisaan data dalam
rangka mengadakan evaluasi terhadap kerja yang telah dilakukan, serta menyusun
kebijakan-kebijakan sebagai tindak lanjut (followup) dari hasil evaluasi
tersebut.
(M.
Munandar, 1985:16).
C.
Komponen Anggaran Bahan Baku Langsung
1. Anggaran Kebutuhan Bahan Baku Langsung
Adalah anggaran yang disusun
untuk merencanakan kuntitas fisik bahan baku langsung yang dibutuhkan untuk
keperluan produksi pada periode yang akan datang.
2. Anggaran Pembelian Bahan Baku Langsung
Adalah anggran yang
disusun untuk merencanakan kuantitas fisik bahan baku langsung yang akan di
beli pada periode yang akan datang dengan mempertimbangkan faktor persediaan
dan kebutuhan bahan baku lansung untuk keperluan produksi.
3. Anggaran Persediaan Bahan Baku Langsung
Adalah anggaran yang
disusun untuk merencanakan kuantitas fisik bahan baku langsung yang harus
disimpan sebagai persediaan.
4. Anggaran Biaya Bahan Baku Langsung yang
habis dipergunakan dalam produksi
Adalah anggaran yang
disusun untuk merencanakan nilai (dinyatakan dalam satuan uang) bahan baku
langsung yang digunakan dalam proses produksi.
Beberapa hal yang harus diperinci
di dalam anggaran bahan mentah yang habis di pakai adalah:
1. Jenis bahan mentah yang digunakan.
2. Jumlah masing-masing bahan mentah yag
habis di pakai untuk proses produksi.
3. Harga per unit masing-masing jenis bahan
mentah.
4. Nilai masing-masing bahan mentah yang
habis dipakai untuk proses produksi.
5. Jenis barang yang dihasilkan.
6. Waktu penggunaan bahan mentah.
D.
Jenis-jenis Anggaran Bahan Baku
Anggaran
bahan baku ini terdiri dari empat jenis anggaran, yaitu:
1. Anggaran kebutuhan Bahan Baku (Unit of Direct Materials Used Budget)
Anggaran
kebutuhan bahan mentah disusun untuk merencanakan jumlah fisik bahan baku
langsung yang diperlukan, bukan nilainya dalam rupiah. Secara terperinci
anggaran ini harus dicantumkan:
·
Jenis
barang yang dihasilkan
·
Jenis
bahan baku yang digunakan
·
Bagian-bagian
yang dilalui dalam proses produksi
·
Standar
penggunaan bahan baku
·
Waktu
penggunaan bahan baku
Standar
Penggunaan bahan (SP) adalah bilangan yang menunjukkan berapa satuan bahan baku
yang diperlukan untuk menghasilkan 1 (satu) satuan barang jadi.
Contoh: Standar
Penggunaan = 2, untuk barang jadi A dan bahan baku X. Yang artinya untuk
menghasilkan unit barang A diperlukan 2 unit bahan baku X.
Manfaat
dari anggaran kebutuhan bahan baku berguna sebagai dasar untuk penyusunan
Anggaran Pembelian Bahan Baku dan Anggaran Biaya Bahan Baku.
Adapaun
faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunana kebutuhan anggaran bahan baku,
yaitu:
·
Anggaran
Unit yang akan Diproduksi, khususnya rencana tentang jenis (kualitas) dan
jumlah (kuantitas) barang yang akan diproduksi dari waktu ke waktu selama
periode yang akan datang. Semakin besar jumlah unit yang akan diproduksi, akan
semakin besar pula jumlah unit bahan bakunya, semakin kecil jumlah unit yang
akan diproduksi, akan semakin kecil pula jumlah unt bahan baku yang dibutuhkan
untuk proses produksi.
·
Berbagai
standar pemakaian bahan (Standard Usage Rate) dari masing-masing jenis bahan
baku untuk proses produksi yang telah ditetapkan perusahaan. Dalam rangka mengetahui
jumlah unit bahan baku yang dibutuhkan untuk proses produksi, padan umumnya
perusahaan telah menetapkan standar-standar pemakaian tiap-tiap jenis bahan
baku.
2. Anggaran Pembelian Bahan Baku
Anggaran
Pembelian Bahan Baku berisi rencana kuantitas bahan baku yang harus dibeli oleh
perusahaan dalam periode waktu mendatang. Hal ini harus dilakukan secara
hati-hati terutama dalam hal jumlah dan waktu pembelian. Apabila jumlah bahan
baku yang dibeli terlalu besar akan mengakibatkan berbagai resiko, misalnya
bertumpuknya bahan baku digudang yang mungkin itu dapat mengakibatkan
penuruanan kualitas, terlalu lamanya bahan baku yang bergiliran untuk diproses,
atau biaay penyimpanan yang menjadi lebih besar. Apabila jumla bahan baku yang
dibeli terlalu kecil juga akan mendatangkan resiko berupa terhambatnya
kelancaraan proses produksi, yang akibatnya kehabisan bahan baku, serta
timbulnya biaya tambahan untuk mencari bahan baku pengganti secepatnya.
Faktor
yang menjadi pertimbangan dalam penyusunan anggaran pembelian bahan mentah,
yaitu:
Anggaran
pembelian bahan mentah dapat dicari dengan menggunakan rumus:
Kebutuhan
bahan baku
Persediaan
akhir +
Jumlah
kebutuhan
Persediaan
awal -
Jumlah
pembelian
EOQ
atau Economic Order Quantity
Menurut
Gunawan (1999:220-221), menjelaskan bahwa hal yang selalu dipikirkan oleh perusahaan
selain besarnya kebutuhan, juga besarnya (jumlah) bahan baku setiap kali dilakukan
pembelian, yang menimbulkan biaya rendah tetapi tidak mengakibatkan kekurangan
bahan baku. Jumlah pembelian yang paling ekonomis disebut sebagai Economical
Order Quantity (EOQ). Dalam menghitung EOQ dipertimbangkan 2 jenis biaya yang
bersifat variabel yaitu :
a. Biaya pemesanan
Yaitu
biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pemesanan bahan baku. Biaya
ini berubah-ubah sesuai dengan frekuensi pemesanan, semakin tinggi frekuensi pemesanannya
semakin tinggi pula biaya pemesanannya. Sebaliknya biaya ini berbanding terbalik
dengan jumlah (kuantitas) bahan baku setiap kali pemesananan. Hal ini disebabkan
karena semakin besarnya jumlah setiap kali pemesanan dilakukan, berarti frekuensi
pemesanan semakin rendah.
b. Biaya penyimpanan
Yaitu
biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan penyimpangan bahan baku
yang telah dibeli. Biaya ini berubah-ubah sesuai dengan jumlah yang disimpan. Semakin
besar jumlah bahan baku setiap kali pemesanan, maka biaya penyimpanan akan semakin
besar pula. Jelaslah bahwa biaya penyimpanan mempunyai sifat yang berlawanan
dengan biaya pemesanan.
Waktu
pembelian dari barang yang paling ekonomis. Dapat dicari rumus:
EOQ
= (2 R.S) / (P.I)
Keterangan :
R = Jumlah bahan mentah yang akan
di beli dalam jangka waktu tertentu.
S
= Biaya pemesanan
P = Harga per unit bahan mentah
I = Biaya penyimpanan rata-rata
yang akan dinyatakan dalam presentase dari persediaan rata-rata.
c. Lead Time
Merupakan
jangka waktu tunggu suatu barang sehingga pada saat barang tersebut datang
dapat langsung digunakan.
d. Re-order Point
Merupakan
suatu titik aman bagi perusahaan untuk melakukan pemesanan kembali untuk bahan
mentah yang dibutuhkan sehingga barang yang sudah tiba dapat langsung digunakan
tepat pada waktunya.
3. Anggaran Persediaan Bahan Mentah
Beberapa hal yang harus di perinci
dalam anggaran persediaan bahan mentah adalah:
o Jenis bahan yang digunakan.
o Jumlah masing-masing bahan mentah yang
tersisa sebagai persediaan.
o Harga perunit masing-masing jenis bahan
mentah.
o Nilai bahan mentah yang disimpan sebagai
persediaan, dalam hal ini memunculkan metode atau kebijaksanaan
ü FIFO (first in forst out)
ü LIFO (last in first out).
Di dalam anggaran persediaan bahan
mentah terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya bahan mentah yang
tersedia untuk kelancaran suatu proses produksi, yaitu:
·
Jumlah
produksi selama satu periode.
·
Safety
stock
·
Besarnya
pembelian bahan mentah yang ekonomis.
·
Perkiraan
fluktuasi harga bahan mentah.
·
Biaya
penyimpanan dan pemeliharaan bahan mentah.
·
Tingkat
kecepatan bahan mentah akan rusak.
4. Penilaian persediaan akhhir menggunakan
metode AVERAGE
Anggaran Biaya Pembelian
Material Rp
50.000.000
Nilai persediaan awal
(6.000 Kg × Rp 1.000) Rp 6.000.000
Jumlah Rp
56.000.000
Nilai Persediaan akhir (Rp 6.085.000)
Anggaran penggunaan
material Rp
49.915.000
DAFTAR PUSTAKA
Adisaputro,
Gunawan dan Asri, Marwan. 1979. Anggaran Perusahaan I. Yogyakarta :
BPFE.
0 comments:
Post a Comment