Terkait dengan hal ini, Allah SWT
berfirman sebagai berikut:
4
(#rßÎhô±tFó$#ur ÈûøïyÍky `ÏB öNà6Ï9%y`Íh (
bÎ*sù öN©9 $tRqä3t Èû÷ün=ã_u ×@ã_tsù Èb$s?r&zöD$#ur `£JÏB tböq|Êös? z`ÏB Ïä!#ypk¶9$# br& ¨@ÅÒs? $yJßg1y÷nÎ) tÅe2xçFsù $yJßg1y÷nÎ) 3t÷zW{$# 4
wur z>ù't âä!#ypk¶9$# #sÎ) $tB (#qããß 4 wur (#þqßJt«ó¡s? br& çnqç7çFõ3s? #·Éó|¹ ÷rr& #·Î72 #n<Î) ¾Ï&Î#y_r& 4 öNä3Ï9ºs äÝ|¡ø%r& yZÏã «!$# ãPuqø%r&ur Íoy»pk¤¶=Ï9 #oT÷r&ur wr& (#þqç/$s?ös? ( HwÎ) br& cqä3s? ¸ot»yfÏ? ZouÅÑ%tn $ygtRrãÏè? öNà6oY÷t/ }§øn=sù ö/ä3øn=tæ îy$uZã_ wr& $ydqç7çFõ3s? 3
(#ÿrßÎgô©r&ur #sÎ) óOçF÷èt$t6s? 4 wur §!$Òã Ò=Ï?%x. wur ÓÎgx© 4 bÎ)ur (#qè=yèøÿs? ¼çm¯RÎ*sù 8-qÝ¡èù öNà6Î/ 3
(#qà)¨?$#ur ©!$# (
ãNà6ßJÏk=yèãur ª!$# 3
ª!$#ur Èe@à6Î/ >äóÓx« ÒOÎ=tæ ÇËÑËÈ
Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang
lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki
dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang
lupa Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan
(memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis
hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang
demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan
lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu),
kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu,
Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah
apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit
menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu
adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah
mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.(QS. Albaqarah [2]:282)
Pemahaman ayat tersebut
berdasarkan tafsir At-Thabari adalah “supaya jika seseorang lupa maka seseorang
lagi dapat mengingatkannya.” Dalam tafsir Al-Baidhawi disebutkan, “Adanya
perbedaan jumlah disini agar jika seseorang sesat terhadap persaksiannya karena
lupa maka seseorang lagi dapat mengingatkannya.” Tafsir As-Syaukani menyebutkan
“Menurut Abu Ubaid, pengertian tadhila
(sesat) adalah tansa (lupa). Sesat dari
persaksian tiada lain maksudnya adalah ia lupa terhadap suatu materi persaksian
dan mengingat materi lainnya.”
Kesimpulan dari beberapa
penafsiran materi di atas bahwa sebab dijadikannya persaksian seorang pria
adalah karena alasan lupa. Pertanyaannya, apakah wanita lebih banyak lupanya
dibanding pria?
Dalam sebuah penelitian
kontemporer disebutkan bahwa kehamilan dapat mengurangi kekuatan memori seorang
wanita. Kondisi ini kadang-kadang berlanjut hingga seusai melahirkan. Kehamilan
dapat sedikit mengurangi jumlah sel memori pada otak ibu hamil. Seorang wanita
hamil misalnya, ia lemah dalam menyebutkan nomor-nomor yang lama yang biasa ia
pakai.
Kesimpulannya, wanita
hamil akan mengalami penurunan daya IQ-nya. Saat hamil, IQ-nya labil. Terkadang
lemahnya IQ seorang wanita ini berlanjut sampai setahun penuh pasca melahirkan.
Mungkin juga lebih dari itu. Hal ini dikarenakan adanya penurunan jumlah sel
memori dan faktor-faktor lainnya.
Kemukjizatan ayat di atas
adalah petunjuk Allah yang telah lebih dahulu mewanti bahwa kaum wanita sering
lupa. Karena itu, Islam menjadikan persaksian mereka setengah dari persaksian
kaum pria.
Dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Muslim dalam sahihnya, Nabi menyatakan: “Wahai kaum
perempuan, perbanyaklah sedekah dan membaca istigfar, karena aku melihat
kebanyakan penghuni neraka adalah perempuan. Kemudian, salah satu perempuan
yang cerdas bertanya kepada beliau, ‘apa yang menyebabkan kaum kami menjadi
meyoritas penghuni neraka?’ Rasul menjawab, “Karena kalian banyak sekali
melakukan kesalahan dan meninggalkan hal keluarga kalian karena aku memandang
kaum perempuan mayoritas memiliki kekurangan dalam akal dan agamanya
dibandingkan dengan yang memiliki kecerdasan.” “Apa kekurangan kami dalam akal
dan agama, ya Rasulallah?” tanya mereka kepada beliau. “Adapun kekurangan dalam
akal akrena persaksian duaperempuan sama dengan persaksian satu orang
laki-laki, sedangkan kekurangan dalam agama karena kalian akan meninggalkan
sebagian shalat beberapa hari dan puasa pada bulan Ramadhan.”
Maksud ayat dan hadits di
atas bukan berarti meremehkan kedudukan wanita dan kemampuan akalnya. Ayat di
atas menunjukkan adanya perbedaan dalam masalah kemampuan dan IQ pembawaan
antara pria dan wanita, dan itu sebagai pembeda peran yang harus dijalani oleh
masing-masing dari kedua jenis insan tersebut dalam tuntutan kerja berdasarkan
faktor fisiologi anatomi tubuh dan daya akal.
Disamping itu, terdapat hadits-hadits
dan pendapat lain yang menyatakan bahwa wanita memiliki kedudukan yang mulia.
Sebagaimana kisah tentang Aisyah yang meriwayatkan lebih dari 2000 hadits atau
Shafiyah putri Abdul Muthalib dalam mengasuh Zubair akhirnya bisa menjadi sosok
pejuang Islam terbaik. Ia telah mewariskan suri teladan kepada kita tentang
pengorbanan, penebusan, keberanian dan kesabaran.
Para ilmuwan meyakini
bahwa tidak adanya perbedaan dalam tingkat kecerdasan (overall level) ketika dianalogikan dengan modulus kecerdasan IQ.
Namun, perbedaan itu ditemukan dalam tipe kecerdasan atau kemampuan
menganalisis berbagai topik yang berbeda. Maksudnya, setiap jenis pria dan
wanita memiliki bakat masing-masing. Ada yang kemampuannya lemah, ada juga yang
kuat.
Wanita misalnya, mereka
melebihi pria dalam kemampuan mengingat sesuatu yang berkaitan dengan bahasa
atau kata-kata (verbal memory).
Maksudnya, mereka mampu mengingat kalimat-kalimat yang terdapat di dalam
makalah atau daftar bacaan lebih baik daripada pria. Mereka juga cerdas dalam
mengotak-atik bahasa (verbal fluency),
juga membuat kalimat yang diawali oleh huruf tertentu.
Sedangkan pria unggul
dalam menyelesaikan soal-soal berhitung. Penemuan tsb menetapkan bahwa
kecenderungan pria memeroleh nilai yang tinggi pada materi soal berhitung.
Sesungguhnya otak manusia
menguasai dan mengatur semua aktivitas dan kegiatan yang dilakukannya. Semua
yang dilakukan manusia akan meninggalkan pengaruh pada sel-sel otak. Pengaruh
ini akan terekam pada sel-sel otak dalam waktu yang belum ditentukan batasannya
oleh ilmu pengetahuan. Pengaruh inilah yang kemudian menjadi landasan dasar
dalam proses kerja akal tertinggi bagi manusia, seperti belajar, menghafal,
mengkhayal atau berfikir.
0 comments:
Post a Comment