Thursday, May 22, 2014

Apakah Wanita Lebih Pelupa Dibanding Laki-laki?

Terkait dengan hal ini, Allah SWT berfirman sebagai berikut:
4 (#rßÎhô±tFó$#ur ÈûøïyÍky­ `ÏB öNà6Ï9%y`Íh ( bÎ*sù öN©9 $tRqä3tƒ Èû÷ün=ã_u ×@ã_tsù Èb$s?r&zöD$#ur `£JÏB tböq|Êös? z`ÏB Ïä!#ypk9$# br& ¨@ÅÒs? $yJßg1y÷nÎ) tÅe2xçFsù $yJßg1y÷nÎ) 3t÷zW{$# 4 Ÿwur z>ù'tƒ âä!#ypk9$# #sŒÎ) $tB (#qããߊ 4 Ÿwur (#þqßJt«ó¡s? br& çnqç7çFõ3s? #·ŽÉó|¹ ÷rr& #·ŽÎ7Ÿ2 #n<Î) ¾Ï&Î#y_r& 4 öNä3Ï9ºsŒ äÝ|¡ø%r& yZÏã «!$# ãPuqø%r&ur Íoy»pk¤=Ï9 #oT÷Šr&ur žwr& (#þqç/$s?ös? ( HwÎ) br& šcqä3s? ¸ot»yfÏ? ZouŽÅÑ%tn $ygtRr㍃Ïè? öNà6oY÷t/ }§øŠn=sù ö/ä3øn=tæ îy$uZã_ žwr& $ydqç7çFõ3s? 3 (#ÿrßÎgô©r&ur #sŒÎ) óOçF÷ètƒ$t6s? 4 Ÿwur §!$ŸÒムÒ=Ï?%x. Ÿwur ÓÎgx© 4 bÎ)ur (#qè=yèøÿs? ¼çm¯RÎ*sù 8-qÝ¡èù öNà6Î/ 3 (#qà)¨?$#ur ©!$# ( ãNà6ßJÏk=yèãƒur ª!$# 3 ª!$#ur Èe@à6Î/ >äóÓx« ÒOŠÎ=tæ ÇËÑËÈ  
Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.(QS. Albaqarah [2]:282)
Pemahaman ayat tersebut berdasarkan tafsir At-Thabari adalah “supaya jika seseorang lupa maka seseorang lagi dapat mengingatkannya.” Dalam tafsir Al-Baidhawi disebutkan, “Adanya perbedaan jumlah disini agar jika seseorang sesat terhadap persaksiannya karena lupa maka seseorang lagi dapat mengingatkannya.” Tafsir As-Syaukani menyebutkan “Menurut Abu Ubaid, pengertian tadhila (sesat) adalah tansa (lupa). Sesat dari persaksian tiada lain maksudnya adalah ia lupa terhadap suatu materi persaksian dan mengingat materi lainnya.”
Kesimpulan dari beberapa penafsiran materi di atas bahwa sebab dijadikannya persaksian seorang pria adalah karena alasan lupa. Pertanyaannya, apakah wanita lebih banyak lupanya dibanding pria?
Dalam sebuah penelitian kontemporer disebutkan bahwa kehamilan dapat mengurangi kekuatan memori seorang wanita. Kondisi ini kadang-kadang berlanjut hingga seusai melahirkan. Kehamilan dapat sedikit mengurangi jumlah sel memori pada otak ibu hamil. Seorang wanita hamil misalnya, ia lemah dalam menyebutkan nomor-nomor yang lama yang biasa ia pakai.
Kesimpulannya, wanita hamil akan mengalami penurunan daya IQ-nya. Saat hamil, IQ-nya labil. Terkadang lemahnya IQ seorang wanita ini berlanjut sampai setahun penuh pasca melahirkan. Mungkin juga lebih dari itu. Hal ini dikarenakan adanya penurunan jumlah sel memori dan faktor-faktor lainnya.
Kemukjizatan ayat di atas adalah petunjuk Allah yang telah lebih dahulu mewanti bahwa kaum wanita sering lupa. Karena itu, Islam menjadikan persaksian mereka setengah dari persaksian kaum pria.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dalam sahihnya, Nabi menyatakan: “Wahai kaum perempuan, perbanyaklah sedekah dan membaca istigfar, karena aku melihat kebanyakan penghuni neraka adalah perempuan. Kemudian, salah satu perempuan yang cerdas bertanya kepada beliau, ‘apa yang menyebabkan kaum kami menjadi meyoritas penghuni neraka?’ Rasul menjawab, “Karena kalian banyak sekali melakukan kesalahan dan meninggalkan hal keluarga kalian karena aku memandang kaum perempuan mayoritas memiliki kekurangan dalam akal dan agamanya dibandingkan dengan yang memiliki kecerdasan.” “Apa kekurangan kami dalam akal dan agama, ya Rasulallah?” tanya mereka kepada beliau. “Adapun kekurangan dalam akal akrena persaksian duaperempuan sama dengan persaksian satu orang laki-laki, sedangkan kekurangan dalam agama karena kalian akan meninggalkan sebagian shalat beberapa hari dan puasa pada bulan Ramadhan.”
Maksud ayat dan hadits di atas bukan berarti meremehkan kedudukan wanita dan kemampuan akalnya. Ayat di atas menunjukkan adanya perbedaan dalam masalah kemampuan dan IQ pembawaan antara pria dan wanita, dan itu sebagai pembeda peran yang harus dijalani oleh masing-masing dari kedua jenis insan tersebut dalam tuntutan kerja berdasarkan faktor fisiologi anatomi tubuh dan daya akal.
Disamping itu, terdapat hadits-hadits dan pendapat lain yang menyatakan bahwa wanita memiliki kedudukan yang mulia. Sebagaimana kisah tentang Aisyah yang meriwayatkan lebih dari 2000 hadits atau Shafiyah putri Abdul Muthalib dalam mengasuh Zubair akhirnya bisa menjadi sosok pejuang Islam terbaik. Ia telah mewariskan suri teladan kepada kita tentang pengorbanan, penebusan, keberanian dan kesabaran.
Para ilmuwan meyakini bahwa tidak adanya perbedaan dalam tingkat kecerdasan (overall level) ketika dianalogikan dengan modulus kecerdasan IQ. Namun, perbedaan itu ditemukan dalam tipe kecerdasan atau kemampuan menganalisis berbagai topik yang berbeda. Maksudnya, setiap jenis pria dan wanita memiliki bakat masing-masing. Ada yang kemampuannya lemah, ada juga yang kuat.
Wanita misalnya, mereka melebihi pria dalam kemampuan mengingat sesuatu yang berkaitan dengan bahasa atau kata-kata (verbal memory). Maksudnya, mereka mampu mengingat kalimat-kalimat yang terdapat di dalam makalah atau daftar bacaan lebih baik daripada pria. Mereka juga cerdas dalam mengotak-atik bahasa (verbal fluency), juga membuat kalimat yang diawali oleh huruf tertentu.
Sedangkan pria unggul dalam menyelesaikan soal-soal berhitung. Penemuan tsb menetapkan bahwa kecenderungan pria memeroleh nilai yang tinggi pada materi soal berhitung.
Sesungguhnya otak manusia menguasai dan mengatur semua aktivitas dan kegiatan yang dilakukannya. Semua yang dilakukan manusia akan meninggalkan pengaruh pada sel-sel otak. Pengaruh ini akan terekam pada sel-sel otak dalam waktu yang belum ditentukan batasannya oleh ilmu pengetahuan. Pengaruh inilah yang kemudian menjadi landasan dasar dalam proses kerja akal tertinggi bagi manusia, seperti belajar, menghafal, mengkhayal atau berfikir.

0 comments:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Post a Comment